GUEMUDA.COM, Jakarta – Banyak faktor yang bisa menentukan sukses atau tidaknya seorang investor saham. Salah satunya adalah dengan mengetahui siklus pergerakkan saham.
Pasar saham yang fluktuatif membuat banyak investor sulit menebak arah investasi mereka. Apalagi jika melihat saham-saham dengan likuiditas tinggi.
Pada suatu waktu, sebuah saham bisa naik cukup kencang. Tapi pada saat bersamaan, saham tersebut bisa juga turun sangat dalam.
Namun hal itu bisa kita atasi jika mengetahui siklus pergerakkan saham. Siklus ini terjadi karena adanya pola yang berulang.
Nah, di dalam siklus ini setidaknya ada empat fase yang perlu kita ketahui. Mengutip Bursa Efek Indonesia (BEI), empat fase tersebut antara lain akumulasi, mark up, distribusi, dan mark down.
Akumulasi
Ini adalah fase pertama dalam siklus pergerakkan saham. Artinya, harga suatu saham sedang berada pada level terendahnya.
Fase ini menunjukkan saham perusahaan tersebut masih memiliki nilai dan dianggap bisa bertumbuh. Jika melihat fase ini, biasanya investor akan membeli saham tersebut.
Mark up
Fase ini sering dianggap sebagai kondisi pasar saham sedang bullish. Pasar saham juga dianggap stabil dan menjadi waktu yang tepat untuk berinvestasi.
Bullish di sini digambarkan sebagai hampir sebagian besar saham yang diperdagangkan di bursa mengalami kenaikan harga.
Distribusi
Sebaiknya kita mulai mewaspadai fase ini. Fase distribusi ini terjadi saat pasar saham bullish namun mulai berubah menjadi mixed sentiment seiring dengan munculnya beragam informasi.
Namun perubahan yang terjadi tidak akan signifikan.
Mark down
Fase terakhir ini menunjukkan pasar saham yang mulai mengalami tekanan. Biasanya juga disebut bearish.
Dalam fase ini sebagian besar harga saham mulai menurun. Oleh karena itu, investor mulai menyiapkan diri untuk menjual portofolionya atau biasa disebut taking profit.