Suku Bajo
- Sebutan lainnya Sama atau Samal. Kerap juga disebut “Orang Laut”, “Sama Bajau” atau “Gipsi Laut”
- Agama yang mereka anut umum disebut Islam Bajo.
- Robert Blust, ahli linguistik dari University of Hawaii, “Orang Bajo yang berasal dari Bariro mulai melaut pada tahun 800 Masehi.”
Sejarah
- Orang Bajo melaksanakan tugas sebagai pendukung perdagangan hingga akhir masa Sriwijaya.
- Tinggal lebih lama di wilayah Sulu, Filipina, kembali menjelajah sekitar tahun 1.400 Masehi.
- Setelah agama Islam menyebar pada abad 15, Orang Bajo bermigrasi ke selatan, menyebar lagi hingga wilayah Kalimantan dan Sulawesi.
- Suku Bajo ini diartikan sebagai perompak atau bajak laut. Menurut sebuah cerita yang berkembang di kalangan antropolog, para perompak di zaman dulu diyakini berasal dari suku ini.
Suku Bajo Kini
- Kini mereka bermukim di Desa Mola, Pulau Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Tercatat sebanyak 16 ribu warga Suku Bajo bermukim. Pulau Papan, Taman Nasional Togean, banyak dihuni Suku Bajo.
- Mayoritas rumah yang ada di Pulau Papan ini dibangun di atas air dan menjadi hunian bagi para anggota suku Bajo.
- Warga suku Bajo menyebut dirinya sebagai Suku Same, dan menyebut warga di luar sukunya sebagai Suku Bagai
Keunikan
- Suku Bajo juga menjadikan kapal atau sampan sebagai tempat hidup, alat transportasi dan mencari ikan. Kehidupan mereka banyak dihabiskan di laut.
- Kerajinan kain tradisional menjadi salah satu kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat suku ini.
- Memiliki ritual adat kelahiran, pernikahan, pengobatan, bersih desa/laut, sesajian hingga kematian.
- Anak-anak Suku Bajo suka berburu hewan laut di sela karang dengan cara menyelam tanpa alat bantu hingga 30 menit.
- Anak yang baru lahir akan langsung dicelupkan ke dalam air laut. Peraturan ini justru tidak berlaku untuk bayi-bayi Suku Bajo yang lahir di daratan.